*Puasa yang tercatat dalam Perjanjian Baru*

•Puasa Yesus *(Mat 4:2)*, waktunya 40 hari 40 malam. Dalam Puasa ini Yesus  tidak makan tetapi tidak ada penjelasan apakah Yesus tidak minum. Puasa Yesus dilakukan sebelum memulai karyaNya, seolah-oleh menjadi penanda, sebelum seseorang melakukan sesuatu yang Ilahiah, ada suatu hal yang dilakukan untuk mengantarai itu dengan kehidupan sebelumnya, dan puasa menjadi tandanya.

•Puasa Hana *(Luk 2:36-37)*.  Tidak ada keterangan apakah dia makan dan minum. Puasa Hana sebagai bagian dalam ibadah. Dilakukan siang dan malam. Doa selalu dihubungkan dengan tradisi puasa.

•Puasa Murid-murid Yohanes *(Mat 9:14)*. Mereka melakukan puasa sebagai bagian dari upaya mereka mengikuti Yohanes Pembaptis. Namun melihat para murid Yesus yang tidak berpuasa, mereka menanyakan perihal tersebut kepada Yesus. Dan Yesus mengatakan bahwa puasa adalah tanda dukacita. Selama mempelai masih bersama mereka, mereka tidak berdukacita, dan anggur yang baru lebih baik tidak disimpan di kantong anggur lama, supaya kedianya tidak rusak.

•Orang-orang Farisi *( Mrk. 2:18; Luk 18:12)*. Bayaknya puasa dua kali seminggu, namun puasa ini dikritik oleh Yesus sekadar puasa tata lahir karena tidak disertai oleh perbuatan yang benar.

•Puasa Saulus *(Kis 9:9)*, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat. Puasa ini dilakukan karena kondisi yang terjadi pada Saulus setelah berjumpa dengan Yesus dalam perjalanannya menuju Damaskus. Puasa ini menjadi awal pertobatan Saulus menjadi Paulus. Setelah menjadi Rasul pun dia berpuasa pada saat-saat tertentu (2 Kor. 6:5, 11:7), puasa tersebut dilakan khusnya dalam menanggung penderitaan. Tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasanya.

•Puasa Jemaat di Antiokhia dan beberapa nabi dan pengajar, untuk mempersiapkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan *(Kis. 13:2-3)*. Mereka berpuasa sebelum mengambil keputusan-keputusan penting. Tidak dijelaskan bagaimana mereka berpuasa.

•Puasa jemaat di Ikonium, Listra dan Derbe *(Kis. 14:23)*, untuk menetapkan penetua-penetua dan menyerahkan penatua-penatua kepada Tuhan. Tidak dijelaskan bagaimana mereka berpuasa.

Maka dari sana kita menjadi semakin jelas bahwa memang tidak ada tuntutan untuk melakukan puasa, tetapi puasa tetap dilakukan dalam kesempatan-kesempatan yang penting. Puasa tidak semata-mata dilakukan untuk kepentingan sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain bahkan untuk bangsa.

*Bersambung

_(ACN)_