Categories: Gembala Menyapa

Telah Diampuni Wajib Mengampuni

 

Bacaan: Kolose 3: 1-17, Nats ayat 13
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuatlah jugalah demikian.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, Syalom.
Dalam Kolose 3: 1, ada dua hal yang ditandaskan rasul Paulus kepada jemaat Kristen di Kolose.
Pertama-tama rasul Paulus menyebut bahwa Jemaat Kolose adalah jemaat yang sudah dibangkitkan bersama Kristus. Dibangkitkan bersama Kristus maksudnya yaitu bahwa jemaat Kolose adalah jemaat yang sudah memperoleh kehidupan baru dan keselamatan karena iman kepada Kristus yang telah bang-kit. Sebutan tersebut merupakan ajaran iman yang sangat fundamental bagi orang percaya. Kristus bangkit berarti Kristus menang atas maut, itu juga berati bahwa Ia adalah pemilik, sumber dan raja kehidupan. KebangkitanNya itu adalah jaminan kehidupan dan keselamatan kekal bagi mereka yang percaya. Dan itu merupakan anugerah yang sangat besar dan luar biasa bagi orang percaya.

Selanjutnya yang kedua, rasul Paulus mengingatkan jemaat Kolose agar “mencari perkara yang di atas” tempat di mana Kristrus duduk di sebelah kanan Allah, tempat di mana Kristus berada dalam kemuliaan sorgawi bersama Bapa di sorga. Mencari perkara yang di atas maksudnya tidak lain yaitu mencari kehendak Bapa dan Kristus dalam kehidupan mereka. Mereka yang percaya dan memperoleh hidup dan keselamatan karena kebangkitan Kristus diingatkan agar mereka sadar bahwa hidup dan diri mereka bukan milik mereka sendiri. Mereka harus sadar bahwa hidup mereka harus Teosentris dan Kristusentris, berpusat pada Tuhan dan Kristus. Apa yang menjadi kehendak Tuhan itulah yang harus menjadi warna kehidupan mereka.
Hidup Teosentris dan Kristusentris itulah yang dalam Kolose 3: 4-17 oleh rasul Paulus disebut sebagai hidup yang merupakan ciptaan baru atau manusia baru. Banyak hal yang diajarkan rasul Paulus berkenaan dengan hidup sebagai ciptaaan dan manusia baru tersebut. Dan salah satunya yang penting yang harus dilakukan jemaat Kolose yaitu hidup saling mengampuni satu terhadap yang lain seperti yang disebutkan dalam ayat 13.

Dalam ayat 13 itu disebutkan bahwa dasar utama sikap dan tindakan saling mengampuni tersebut tidak lain adalah karena terlebih dulu jemaat Kolose sudah diampuni oleh Tuhan, seperti yang disebutkan ”sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuatlah jugalah demikian”.
Selanjutnya dalam ayat 13 itu juga disebutkan dua hal penting agar saling mengampuni tersebut dapat terwujud dan dilakukan, yang pertama yaitu sikap dan tindakan bahwa orang harus memiliki kesabaran, seperti yang disebutkan dengan kata-kata: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain”. Dan yang kedua yaitu sikap dan tindakan yang menjauhkan diri dari “rasa dendam”. Tanpa sikap sabar dan mau menjauhkan rasa dendam maka mengampuni dan saling mengampuni pasti akan sangat sulit diwujudkan dan dilakukan.

Ciptaan baru atau manusia baru wajib saling mengampuni satu terhadap yang lain dan bahkan juga wajib mengampuni sesama yang melaku-kan kesalahan kepada diri mereka. Dasarnya yaitu karena terlebih dulu sudah diampuni Tuhan dan sudah menerima keselamatan dan hidup kekal bersama kebangkitan Kristus. Dan untuk dapat mengampuni dan saling mengampuni tersebut dibutuhkan kesabaran dan membuang “rasa dendam”
Tanggal 2 dan 3 Mei 2022 adalah Hari Raya Idul Fitri. Hari Raya yang dimuliakan oleh saudara-saudara kita Moslem yang setelah ibadah puasa selesai mereka meyakini telah memperoleh ampunan dari Tuhan dan karena itu mereka juga saling mengampuni satu terhadap yang lain.

Dari sabda yang sudah kita renungkan dari Kolose 3: 1-17, khususnya ayat 13 ternyata mengampuni dan saling mengampuni menurut ajaran iman Kristen dan berdasarkan Kitab Suci sangat diperintahkan Tuhan, merupakan harga mati yang harus kita bayar. Ingat hukuman Tuhan yang menghadang dan akan dijatuhkan bagi mereka tang tidak mau mengampuni , seperti sabdaNya dalam Matius 6: 15 “ Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”
Tuhan memberkati kita sejemaat. Amin

[PR]


Pasemon

Gembala Menyapa
30 April 2022

Markus 4:30-34

Pasemon punika pralambang, crita pepindhan, obah owahing polatan, pitutur ingkang samun.  Pasemon boten sesambetan kaliyan kasunyatan nanging boten saged kapisah saking kasunyatan. Ingkang kacariyosaken mawi pasemon punika boten nate saged kajarwakaken kanti tuntas. Awit pasemon punika ugi wujuding dolanan lan siaga kangge nyingkiri pambengan, mila mawi rasa pangrasa ingkang alus nanging ugi ngemot trauma kabudayan.

Saking pangertosan pasemon punika, ingkang dipun tengenaken ing pasemon wiji sesawi menika sanes ageng utawi alitipun wiji, nanging tembung disebar ing lemah. Disebar ing lemah punika mretelakaken ewah-ewahan utawi pratandha maligi ingkang nedahaken wontenipun sesakit ingkang saweg mrasuk dhateng badanipun manungsa. Mila dados perkawis ingkang dipunsingkiri. Sanyata tembung disebar ing lemah punika mratelakaken lelampahan ingkang dipunlampahi dening Gusti Yesus, Gusti kita ngundhangaken kratoning swarga ingkang rawuh. Inggih margi pati ing salib.

Thukule Kratoning Allah punika saking dayanipun dhewe, kados wiji kang kasebar wontening siti. Kitab Suci martosaken kaleresan, nanging mripatipun manungsa asring dipundamel wuta dening rasa pangrasa ingkang nebih saking kaleresan punika. Dados menawi para pitados namung nengenaken asil ingkang ageng, ingkang kathah nanging boten purun udhu menika sami kaliyan nyingkur kaleresan. Kosok wangsul kaliyan pitutur jer basuki mawa bea, ingkang dipun ener namung dados wit ingkang ageng, nanging selak saking lampah disebar ing lemah.

Gesang padinten punika inggih pasemon. Punapa kemawon ingkang dipunlampahi punika ugi mratelakaken sinten sejatining tiyang punika, utawi sak boten-botenipun mralambangaken lelampahan ingkang badha kawarna ing gesangipun.


Mewartakan Kasih Setia Tuhan

Gembala Menyapa
28 April 20222 Yohanes 1:1-6

Kita semua tentunya akrab dengan istilah “kasih setia”. Alkitab (TB LAI) menerjemahkan kata Ibrani khesed dengan kata “kasih setia” yang artinya ungkapan kasih yang dibangun dalam perjanjian. Harapannya orang yang memiliki “kasih setia” itu dapat mempertahankan dan menjaga perjanjian itu. Ada keterikatan erat yang tidak dapat dipisahkan dari frasa itu. Tidak cukup seseorang hanya mengasihi tanpa ada kesetiaan, begitu juga sebaliknya, seseorang tidak cukup hanya setia tanpa ada kasih di dalamnya. Itu ibarat gong yang berkumandang dan canang yang bergemerincing.

Bacaan kita hari ini mengingatkan akan tugas panggilan Gereja untuk memelihara kasih setianya kepada Tuhan dan sesama. Penulis surat Yohanes yang kedua menggambarkan Gereja sebagai Ibu dari orang-orang percaya. Analogi ini mengisyaratkan keberadaan Gereja untuk menerima, merawat, dan mendidik anak-anaknya (warga jemaat) menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam kehidupan dengan penuh kasih dan kesetiaan. Itulah pesan yang tersirat dari teks surat 2 Yohanes 1:5, “Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu….. supaya kita saling mengasihi”. Lebih jauh dikatakan bahwa wujud nyata dari kasih itu adalah kesetiaan pada perintah-Nya (ayat 6).

Kenyataan ini menunjukkan kepada orang-orang percaya saat ini, bahwa pemeliharaan Tuhan nyata melalui kehadiran Kristus dalam gereja-Nya. Panggilan gereja adalah turut merawat, menjaga dan memelihara kehidupan, serta kelestarian persekutuan orang-orang percaya dengan kasih dan kesetiaan. Menjadi tugas dan panggilan bagi kita juga sebagai umat Allah untuk mewartakan kasih setia Allah dalam kehidupan ini. Siapkah kita turut memelihara kehidupan dan kelestarian gereja Tuhan di dunia dengan penuh kasih dan kesetiaan? Marilah terus berusaha dan berjuang bersama. Tuhan Sang Kepala Gereja pasti menguatkan dan memampukan kita dalam mewujudkan kasih setia-Nya.

#SalamWelasAsih
#TidakLebayTidakAbaiCOVID-19

NB: jika merasa diberkati melalui renungan ini, kirimkan ke saudara-saudara yang lain