Mazmur 7:4-6
Salam.
Daud, adalah sosok raja yang rendah hati. Dia setia kepada Tuhan dan berlaku adil bagi sesama, baik bagi keluarganya maupun semua umat Israel dan bangsa lainnya. Tidak ada pengkhianatan, kecurangan atau dusta padanya. Karena dia takut akan Tuhan.
Tapi, meski dia seorang raja yang baik hati dan hidup benar, berlaku adil dan tulus dalam mengasihi bahkan takut akan Tuhan, tidak membuat dia luput dari berbagai persoalan hidup, tekanan dan ancaman.
Masalah, tantangan, pergumulan, persoalan hidup yang menekan berat bahkan menyeret dia sampai ke lembah kekelaman, merupakan bagian dari sejarah kehidupannya.
Ditekan, diserang, diancam, difitnah dan dikejar-kejar untuk dibunuh, tidak membuat dia lari dari Tuhan. Dia justeru semakin erat melekat kepada Tuhan. Dalam situasi seperti itu, Daud mawas diri.
Dia berkaca pada apa yang diperbuatnya dan memohon Tuhan Allah melihat segala perbuatannya itu. Daud meski hidup setia dan taat kepada Tuhan, serta adil dan jujur prilaku hidupnya, tapi dia tahu diri. Dia tidak mau merasa diri benar. Dia menyerahkan semuanya kepada Tuhan yang Mahaadil yang menilai perbuatannya itu.
Daud berkata : “Ya TUHAN, Allahku, jika aku berbuat ini: jika ada kecurangan di tanganku,
jika aku melakukan yang jahat terhadap orang yang hidup damai dengan aku, atau merugikan orang yang melawan aku dengan tidak ada alasannya,
maka musuh kiranya mengejar aku sampai menangkap aku, dan menginjak-injak hidupku ke tanah, dan menaruh kemuliaanku ke dalam debu.” (ay 4-6).
Daud tidak berbuat jahat, tidak curang, tidak merugikan orang lain. Dia berlaku adil dan tidak mencelakakan atau berlaku tidak baik kepada Kush dan teman-temannya yang menyakiti dan mengancam hidupnya. Sebab dia tahu diri, tidak lupa diri, meski dia telah diangkat Samuel menjadi raja Israel menggantikan Saul.
Daud menyerahkan segala perbuatannya itu kepada Tuhan. Di memohon agar Tuhan menyatakan keadilan-Nya atas orang-orang yang melawan dan mengancam dia. Sebab bagi dia, Allah maha adil. Keadilan Allah adalah keadilan yang paling tinggi dari pengadilan manapun.
Daud tidak bermaksud mendendam mereka yang memusuhinya. Tetapi dia berharap Tuhan yang menyatakan keadilan-Nya atas dia dan lawan-lawannya.
Saudara, seperti Daud, kita juga tidak luput dari berbagai persoalan hidup yang mengancam hidup kita. Bahkan terkadang kita menjadi korban fitnah atau hinaan orang. Padahal belum tentu kita bersalah.
Daud mengajarkan, kalaupun kita benar, jangan merasa diri benar, tapi harus tetap mawas diri dan tahu diri. Jangan merasa diri benar dan memegahkan diri di hadapan musuh, bahkan siapapun. Tapi tahu dirilah kita, jangan lupa diri.
Meski kita merasa benar atau memang benar, tapi janganlah memegahkan dan menyombongkan kebenaran itu. Tapi hendaklah kita tetap rendah hati dan tahu diri.
Apapun persoalan hidup kita, bawalah kepada Tuhan. Jangan menjadi hakim atas sesama kita, sekalipun mungkin kita yang benar.
Jauhkanlah dari prilaku hidup kita memfitnah atau menghina sesama. Jangan memusuhi orang yang memusuhi kita. Tetapi kasihilah mereka dengan tulus dan murni. Hendaklah kita hidup bersama untuk jadi berkat bagi semua orang, termasuk bagi musuh kita.
Siapapun yang memusuhi kita, doakan dan serahkanlah kepada Tuhan. Agar Tuhan menyatakan keadilan-Nya atas kita dan atas orang-orang yang memusuhi kita. Tuhan tahu apa yang terbaik dalam hidup kita.
Tuhan pasti menyediakan segala sesuatu bagi kita melebihi apa yang kita harapkan dan rancangkan. Asal kita terus dan tetap setia mengikuti Dia meski badai menerpa hidup kita dan keluarga. Karena Tuhanlah tempat perlindungan kita yang mahaadil, selamanya.
Tuhan Yesus memBerkati. Amin.
_(BR)_