Pada hari ini banyak umat percaya menganggap bahwa berpuasa tidak terlalu penting, karena yang terpenting adalah berbuat baik dan mengamalkan imannya. Hal ini bisa dimengerti karena banyak ayat Alkitab yang menyebutkan bahwa puasa akan menjadi sia-sia jika tidak disertai dengan melakukan kehendak Tuhan. Pernyataan Yesus menjawab pertanyaan murid Yohanes mengapa muridNya tidak berpuasa (Mat. 9) mungkin juga menjadi alasan untuk tidak berpuasa. Namun sebenarnya jawaban Yesus bukanlah perintah atau larangan untuk berpuasa, tetapi lebih terkait bahwa puasa itu dilakukan dengan tujuan tertentu, tanpa tujuan itu, puasa sia-sia.

Dalam tradisi Kristen, pengampunan (anugerah) memang menjadi doktrin utama (Sola Gratia). Menandakan bahwa sudah tidak ada lagi perhambaan, setiap orang yang beriman (Sola Fide) kepada Kristus telah menerima hidup yang baru. Jika puasa semata-mata dilakukan untuk diri sendiri, maka puasa mungkin tidak diperlukan lagi. Apalagi bagi orang yang mencari kerajaan Allah semuanya akan ditambahkan kepada mereka (Mat 6: 33), maka puasa untuk diri sendiri apalagi didasari kekhawatiran hidup sebenarnya menjadi bertentangan dengan itu. Namun hal itu mengandaikan bahwa iman itu terus dihidupi dengan setia.

Namun, kenyataannya bahkan seorang Paulus pun mengadakan puasa. Bukankah Paulus mengikut Yesus dengan setia? Artinya bahwa puasa masih bisa dilakukan dalam mewujudkan panggilan utuh sebagai pengikut Tuhan, terlebih ketika dalam melakukan panggilan itu ternyata mereka mengalami penderitaan dan dukacita berat. Lagipula puasa bukan melulu untuk diri sendiri dan kepentingan pribadi, puasa juga dilakukan untuk memohonkan kebaikan bagi orang lain, bahkan bangsa. Puasa tidak melulu egois, puasa yang bersifat altruis (melakukan untuk yang lain, bahkan tanpa menimbang kepentingan diri sendiri) tidak pernah dilarang, bahkan disarankan.

Sayangnya dalam berpuasa, banyak orang terlalu terfokus pada tata lahirnya, yaitu berfokus pada aktivitas tidak makan dan tidak minum. Padahal di Alkitab kita menemukan banyak sekali model puasa. Artinya tata lahir puasa itu tidak pernah diikatkan harus tertentu, tetapi niat dan tujuan puasa itu yang penting. Seharusnya, tujuan dari puasa itu melepaskan mata kita dari hal-hal duniawi dan berpusat kepada Allah, tidak makan adalah sarana untuk menuju berpusat kepada Allah.

*Bersambung

_(ACN)_