Lukas 13:1-9
DI TENGAH masyarakat, kita menemui orang bijak, saleh, taat, dan jujur tetapi justru hidupnya menderita. Sementara orang-orang yang berlaku jahat, suka korupsi, memeras dan tidak adil, hidupnya nampak makmur, sukses, dan tidak kekurangan apa pun. Pada hal banyak di antara kita yang berpandangan, orang yang berlaku benar dan saleh akan mendapat pahala, hidupnya tentram dan sejahtera; sedang yang berbuat jahat dan berdosa akan mendapatkan hukuman, hidupnya menderita. Tetapi, mengapa terkadang sebaliknya?
Tidak seorangpun di antara kita yang mengharapkan hidup menderita. Kita semua menginginkan supaya hidup bahagia, sejahtera, dan sukses. Tetapi kenyataan kerap berbicara lain, yang kita alami justru sebaliknya. Kita berhadapan dengan bermacam-macam penderitaan; penyakit, baik fisik dan non fisik, seperti; sakit hati, kegagagalan, kehilangan, dan lain-lain.
Dalam bacaan Injil dikatakan bahwa penguasa waktu itu sampai hati membunuh orang-orang Galilea bahkan mencampur darah mereka dengan darah korban yang mereka persembahkan. Mendengar peristiwa tragis itu. Banyak orang beranggapan bahwa kejadian itu diakibatkan oleh dosa-dosa mereka. Delapan belas orang yang kejatuhan menara dekat Siloam, mereka mati bukan karena dosa-dosa mereka. Kedua, mengambil hikmah dari dua peristiwa yang mengenaskan itu Yesus mengajak para pendengarnya supaya bertobat. Dari Injil Lukas dapat ditemukan sikap Yesus yang jelas-jelas mengutuk tindakan keji para penguasa yang mendatangkan kesengsaraan bagi hidup warganya.
Dengan seluruh hidup-Nya, dengan sabda dan tindakan-Nya Yesus nyata-nyata berpihak pada mereka yang menjadi korban penindasan, penjajahan, dan pemerasan. Mereka yang hidup menderita selalu menjadi perhatian utama dan karya belaskasih-Nya. Tindakan kekerasan harus dilawan tetapi bukan dengan tindakan kekerasan lainnya. Yesus tidak pernah membenarkan tindakan kekerasan untuk memperbaiki keadaan hidup bersama. Yang dikehendaki Yesus adalah terwujudnya ketenteraman, kedamaian, keadilan dan cinta kasih di tengah-tengah hidup manusia. Untuk itu Yesus menasehati kita supaya sungguh-sungguh bertobat.
Pertobatan itu sebaiknya menyatukan pertobatan personal dan pertobatan sosial. Pertobatan personal meliputi perbaikan hubungan kita dengan Tuhan, perbaikan cara berpikir, mengambil keputusan dan usaha kita untuk membebaskan diri dari cinta diri yang sempit. Sedangkan pertobatan sosial antara lain berupa kesediaan kita untuk berbela-rasa pada mereka yang menderita. Yang lebih penting kita tidak sampai hati dan menutup mata membiarkan sesama kita menderita sendirian; sebab penderitaan sesama bukanlah hukuman dari atas.
#SalamWelasAsih
#TidakLebayTidakAbaiCOVID-19
NB: jika merasa diberkati melalui renungan ini, kirimkan ke saudara-saudara yang lain yang lain
(ACN)